Archive

Archive for the ‘consumerism’ Category

Pantang

Sunday, 30 March 2003 3 comments

TEROPONG, Mingguan Hidup, Maret 2003

oleh Yanuar Nugroho

Di awal prapaska tahun ini, saya mendatangi seorang imam kolega saya di sebuah Paroki di Solo. Kami bicara sejenak mengenai pantang dan puasa. Saya bertanya padanya, “Romo, mungkinkah kita sebagai gereja mengembangkan sendiri daftar pantang selain yang biasanya dipakai selama ini?” “Maksudmu?” dia menukas. “Maksud saya, kita bisa memasukkan dalam daftar pantang ‘konvensional’ itu sebuah pantang ‘modern’ dalam prapaska ini. Misalnya pantang minum Coca-Cola, pantang mendengarkan MTV, pantang nonton film Hollywood, pantang makan Kentucky…” Belum selesai saya bicara, Romo muda kawan saya itu berkata, “Hush! Ngawur kamu, itu kan bagian dari hidup..!” Saya terdiam. Bagian dari hidup?

Read more…

Di balik boikot

Sunday, 30 March 2003 Leave a comment

TEROPONG – Mingguan Hidup, Maret 2003

oleh Yanuar Nugroho

Ketika mengantar seorang rekan dan anaknya ke warung waralaba McDonald’s di kota Solo akhir pekan ini, iseng saya bertanya pada seorang pramusaji cantik di sana tentang apa yang dia rasakan atas gencarnya isu boikot produk AS di kota yang makin tenar lantaran dikenal sebagai sentra baru terorisme di Indonesia. Dalam bahasa Jawa halus ia menjawab, “Wah, kula mboten mangertos Mas. Kula nggih ajrih menawi toko punika tutup amargi dipun boikot punapa dipun risak tiyang sanes. Lajeng kula badhe pados gesang dhateng pundi? Sakmenika sisah pados pedamelan. Ingkang perang Amerika kaliyan Irak, kok kula ingkang kedah ngraosaken susahipun …” Dalam, bahasa Indonesia, jawaban itu kira-kira begini, ‘Wah, saya tidak tahu, Mas. Saya juga takut kalau toko ini tutup karena diboikot atau dirusak orang. Lalu saya akan mencari penghidupan di mana lagi? Sekarang ini susah mencari pekerjaan. Yang perang AS dan Irak, kok saya yang harus merasakan susahnya.’ Saya terdiam mendengar jawabannya.

Read more…

Sebuah Dunia Yang Lain – Mungkinkah? (Bagian 1)

Tuesday, 21 January 2003 Leave a comment

Yang tertinggal dari Asian Social Forum
Hyderabad, 2-7 Januari 2003

TEROPONG – Mingguan Hidup, Januari 2003

oleh Yanuar Nugroho

Jika ada satu kata yang paling banyak disebut oleh orang di dunia ini sejak tiga atau lima tahun terakhir, kata itu pastilah ‘globalisasi’. Para tokoh akan merasa kurang bonafide kalau tidak mengucapkannya dalam pidato atau menuliskannya di makalah, media massa akan merasa kurang gengsi jika tidak memasukkannya dalam artikel atau liputannya. Banyak orang akan merasa kurang kalau dia bukan bagian dari komunitas ‘global’ dan hanya bagian dari komunitas ‘lokal’. Maka mulailah mereka memasukkan dirinya dalam arus gaya hidup global itu.

Read more…

Addiction to mobile phones amid neoliberalism

Monday, 12 August 2002 3 comments

The Jakarta Post, 12 August 2002 : Opinion

by Yanuar Nugroho

Read this. “The number of mobile phones was estimated to be near 77 million, with more than 37,500 people signing up for wireless phone service each day. And these users are talking more than ever before. There is too much traffic on the phone network.” (New York Times, Aug. 19 2000).

Read more…

Descartes might say: ‘I buy, therefore I am’

Wednesday, 10 July 2002 2 comments

THE JAKARTA POST – Opinion and Editorial – July 10, 2002

Have you watched the TV quiz show Who Wants to Be a Millionaire? It is a successful game show that has now been shown in 51 countries, reaping regular audiences of up to 20 million, and shows how much we all desire to share in the capitalist dream. Soap operas showing the rich getting richer, like Dallas or Dynasty, lost their appeal by the 1990s; today many like to believe that wealth is within reach of all of us.

Read more…

Make our small space a better place to live

Tuesday, 4 June 2002 2 comments

Opinion & Editorial – The Jakarta Post, 4 June 2002

Welcome to the world of the multinational corporation (MNC). This is the world where a cultural and economic tsunami has been roaring across the globe and replacing the spectacular diversity of human society with a Westernized version of the good life.

Whether you walk the streets of Paris, New York, Beijing, New Delhi, Canberra, Singapore or even here in Jakarta or Denpasar, the advancement of global economics practiced by most MNCs has introduced a level of commercial culture which is being McDonald’s-ized, in a distinctly homogeneous way.

Read more…