Archive

Archive for June, 2008

Corporate governance: Towards bonum commune?

Thursday, 19 June 2008 3 comments

Perspective is about bringing together things that seem to have no relation to each other so that they could be more easily understood in a context. It sounds simple. But it helps scrutinising the relationship between noble idea of good governance and hullabaloo of corporate responsibility. Why these two? Firstly, because discourse about good governance today cannot but touch upon the issue of corporate governance. And secondly, because corporate responsibility has become the issue of corporate governance.

It has been admitted that corporations are playing vital role in developments as they create employment, produce goods and services, bring investments and thus economic growth. As no one would disagree that good governance is necessary for development, neither do they contradict the idea that good governance should be applied to corporate world. Even, it flowers a thought that business should be allowed to regulate themselves.

Read more…

ge ce ge? e ge pe ….

Thursday, 19 June 2008 8 comments

seorang kawan peneliti di institut saya mengajak diskusi soal GCG (good corporate governance) kemarin. menarik. tetapi mengawang-awang. daripada pusing saya berikan saja tulisan singkat yang tidak pernah sempat dipublikasikan ini.

GCG? emangnya gue pikirin … hehehehee …

Corporate Governance: Towards Bonum Commune?

Perspective is about bringing together things that seem to have no relation to each other so that they could be more easily understood in a context. It sounds simple. But it helps scrutinising the relationship between noble idea of good governance and hullabaloo of corporate responsibility. Why these two? Firstly, because discourse about good governance today cannot but touch upon the issue of corporate governance. And secondly, because corporate responsibility has become the issue of corporate governance.

mbosenin, kan.. ? bagi yang belum bosen, baca lanjutannya di sini.

Categories: Uncategorized

sisi lain …

Tuesday, 3 June 2008 30 comments

saat pulang sejenak ke pontianak akhir februari lalu untuk menjemput ira, aruna dan nara, saya didesak oleh ira untuk menyempatkan diri melakukan general check-up. mengingat pola hidup saya, saya cukup ‘ngeri’ khawatir akan hasilnya nanti –dan karena itu selama ini saya tidak pernah check-up kecuali masuk rumah sakit seperti waktu malaria kambuh, misalnya …

namun, ketika hasil check-up itu saya terima, saya malah kaget. lha kok bagus amat? gula: baik sekali. kolesterol: baik sekali. fungsi liver: baik sekali. asam urat: baik sekali. semuanya baik sekali. cuma ada satu peringatan bahwa saya kebanyakan duduk dan kurang minum air putih. but overall, great! waktu saya tunjukkan hasil itu pada kawan-kawan sebaya (dan seaktivitas) saya, mereka juga kaget. satu kawan kami sudah didiagnose jantung, satu lagi kolesterol tinggi, satu lagi diabetes … lha ini kok saya baik-baik saja.

tentu saja syukur alhamdulilah, puji tuhan, haleluya. tetapi di balik itu, ada satu orang yang saya kira paling berjasa: ira – istri saya. dia sebenrnya yang menjadi tulang punggung keluarga. dalam arti dialah yang menjaga sepenuhnya apa saja yang masuk ke tubuh kami: suami dan anak-anaknya. bagi yang mengenal kami, kami bukan orang kaya. gaji sebagai peneliti di universitas manchester (atau dulu: beasiswa) ya cuma pas-pasan. tetapi sebagai menteri keuangan merangkap menko kesra rumah tangga kami, ira dengan tegas mengatakan: makanan sehat lebih penting dari menabung. tabungan kesehatan lebih penting dari tabungan uang di bank. wuih ….

so, jadilah ‘rejim makanan sehat’ berkuasa di rumah kami. sebisanya ira selalu membeli makanan organik — baik daging, sayur, buah, termasuk coklat, mentega, dll. lalu sebisanya ira masak sendiri dan mengurangi jajan atau makan di luar: termasuk membuat cookies dan camilan-camilan buat anak-anak. gula dijaga. garam dijaga. sayur dan buah wajib tiap hari. fizzy drink seperti coca-cola? itu barang haram di rumah kami — tak ada tempat! (jadi, maaf, kawan-kawan kalau selama ini setiap kali kami bikin ‘hajatan’ di rumah kami tak pernah –dan tak akan– menghidangkan minuman seperti itu. ini pernyataan terbuka pertama kami …) hehehe .. ira memang sangat ‘concerned‘ dengan hal-hal seperti itu. dan saya mendukung sepenuhnya. apalagi melihat hasilnya: kami relatif sehat. anak-anak kami sangat doyan sayur dan buah.

dalam satu diskusi kami di tempat tidur (hehe), waktu kami merefleksikan alasan makan makanan organik, kata ira, alasan kesehatan itu obvious. yang lebih sukar kelihatan dan selama ini kita sebagai konsumen ‘dinina-bobok’-kan adalah soal ekonomi-politik makanan. bagaimana demi ‘kecantikan’ banyak buah dipoles dengan lilin/wax agar berkilauan; bagaimana proses masal pengolahan makanan melibatkan berbagai zat aditif dan konsumen nyaris tidak punya pengetahuan tentang itu; bagaimana supermarket mematikan pasar-pasar dan kios-kios tradisional; bagaimana selera konsumen dibentuk; dlsb. — semuanya demi akumulasi laba. ira pernah berujar, “there are things that are not meant to be. having supermarket selling strawberries in winter is one of them!” sambil merecall ketika aruna merengek minta strawberry di musim dingin — jujur, saya kagum dengan kedalaman refleksinya.

tak hanya soal makanan, soal pendidikan pun ia maju di garda depan. ira lah yang membuat saya makin mantap akan pilihan homeschooling (dan justru cenderung unschooling) bagi anak-anak kami –mulai dengan aruna saat ini. dan aruna juga kelihatan enjoy menikmati homeschool-nya (di inggris ini disebut home education): ketemu dengan kawan-kawannya dalam group gathering; rutin ke perpustakaan; merawat bunga dan tanaman sayur-mayur di green-house kami di belakang rumah, dlsb. ceritanya panjang — nanti kalau sempat soal homeschool/unschool ini saya blog tersendiri (sementara ini cerita homeschoolnya aruna ada di sini, tetapi agak jarang diupdate akhir-akhir ini)..

jadi, soal makan makanan sehat dan homeschool/unschool ini adalah bagian dari natural living lifestyle yang diperkenalkan (dan didesakkan) ira kepada kami. dan kami menikmatinya selama ini. kami bersyukur ada ira — ibu dan istri yang cerdas dan bervisi jauh ke depan.

maka, melihat dan mengenal ira yang seperti itu, hampir saya tidak percaya pada mata-kepala saya sendiri melihat dia akhir-akhir ini begitu kesengsem dengan si david cook, pemenang american idol yang paling gres. weleh-weleh …. pagi-siang-malam, lagu-lagu di david bergema di lantai atas, di ruang kerja dan ruang jahitnya; di lantai bawah, di dapur, di ruang tamu. youtube si david nyaris selalu hidup di laptopnya. ndengerin si david sambil menjahit, ndengerin si david sambil masak, ndengerin si david sambil ngajarin aruna dan menggendong si nara. tak hanya itu. dia meriset si david cook!!! siapa dia, bagaimana masa lalunya. dia bersemangat bercerita bahwa si david itu dulunya seorang musisi indie yang sempat meluncurkan album di indie label (atau semacamnya, entahlah!) sebelum pindah ke mainstream gara-gara american idol ini dan akibatnya albumnya analog heart ditarik dari amazon US, dll, dlsb….. hehehee … saya tahu dia memang senang dengan musik rock (tidak seperti saya yang classic-minded). saya tahu dia dulu waktu kuliah memang seneng ikut band. tetapi saya tidak tahu dia bisa begitu kesengsemnya sama si david itu …


rupanya inilah sisi lain ira yang selama ini belum muncul terlihat –meski kami sudah menikah empat tahun … memang betul, pernikahan itu bukan akhir, melainkan awal, bagi seseorang untuk mengenal pasangan hidupnya dengan lebih baik.

jadi, nampaknya kini saya harus mulai membiasakan lagu-lagunya si david ‘bersanding’ dengan berbagai sonata dan konser klasik barok di stereo-set di rumah kami …

ps. foto ira-ar
una-nara — terbaru dari kamera kami, per 1 juni 2008

pps. foto david cook diculik secara tak senonoh dari wikipedia

Categories: Uncategorized

tragedi minggu kelabu – 1 juni 2008 di monas

Monday, 2 June 2008 17 comments

ketika pada tahun 2005-2006 saya meriset dinamika kelompok dan organisasi masyarakat sipil di indonesia, saya ditanya satu kawan apakah FPI (front pembela islam) termasuk didalamnya. jawab saya tegas, tidak.

saya jelaskan kepadanya bahwa kata ‘sipil’ dalam ‘masyarakat sipil’ berasal dari bahasa inggris civil (dalam civil society) atau bahasa latin civilis (dalam societas civilis). sipil di sini bukan berarti non-militer,melainkan “beradab, berbudaya” – sebagai lawan dari barbar. saya terus didesak: apa FPI itu tidak memenuhi kriteria tersebut? saya jawab enteng “lihat apa saja apa yang mereka lakukan selama ini, bagaimana cara mereka bersikap terhadap perbedaan, lantas kamu jawab sendiri …

dan minggu malam waktu inggris kemarin (1 juni) saya mendapat email dari kawan saya itu. singkat saja bunyinya. “kamu benar. kukira FPI memang bukan bagian dari masyarakat sipil“. email itu berisi lampiran cerita tentang “minggu kelabu“, ketika aliansi kebangsaan untuk kebebasan beragama dan berkeyakinan (yang beranggota lebih dari 50 organisasi) diserbu oleh FPI di monas ketika hendak menyiapkan acara peringatan kelahiran pancasila dan menegaskan pentingnya kebebasan beragama di negeri majemuk ini. tak hanya itu, kawan saya yang saya tahu persis dulunya bersimpati pada FPI itu juga mengirimkan link petisi online untuk pembubaran FPI.


well … pertama-tama, saya kira kita harus menerima fakta bahwa bangsa ini majemuk. ini ‘takdir’ kita bahwa negeri kita memang beragam: agama, suku, kepercayaan, keyakinan, cara pikir, cara bersikap, dll. tak boleh dan tak bisa –dan tak akan pernah bisa– dipaksakan satu saja: entah agama atau cara pikir, atau keyakinan. bahkan kebebasan beragama itu implisit juga kebebasan untuk tidak beragama (baca tulisan bp. safii maarif di republika 27 mei 2008, “kaum atheis pun berhak hidup di muka bumi” — bagus sekali ). pilihan atas agama dan keyakinan (atau tidak) itu urusan pribadi yang tidak bisa dipaksakan di tingkat publik. di tingkat publik yang bisa dilakukan adalah agar baik mereka yang beragama ataupun tidak tetap dijamin haknya untuk hidup.

kedua, indonesia ini bukan negara agama. indonesia ini negara hukum. di mata hukum, semua penganut agama (ataupun tidak) sama kedudukannya. dan saya tahu persis, hal mendasar ini belum berubah –dan semoga tidak akan pernah berubah. saya tidak mau indonesia menjadi negara agama (apapun agamanya). kekayaan ke-indonesia-an kita justru adalah keragaman kita. menjadikan indonesia negara agama hanya akan mengkerdilkan indonesia itu sendiri.

ada banyak link yang sudah memuat artikel, foto, video yang meliput kebiadaban FPI minggu kemarin. ada blog khusus untuk itu. beberapa lagi adalah ini, ini dan ini. selain itu ada juga pernyataan pribadi sri sultan hamengku buwono X. sekretaris pribadinya kebetulan kawan saya dan ia mengemailkannya beberapa saat yang lalu. saya kutipkan di bawah ini.

*****************
PERNYATAAN SIKAP

1. Saya, Hamengku Buwono X dengan ini merasa prihatin dan mengecam keras atas penyerangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang memakai atribut Front Pembela Islam (FPI) pada tanggal 1 Juni 2008 terhadap Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKK-BB).

2. Pelanggaran konstitusi akan mengancam kelangsungan dan keutuhan Negara RI, untuk itu Pemerintah dan khususnya Kepolisian untuk menindak dengan tegas dan tidak terkesan melakukan pembiaran supaya tidak menjadi pemicu pecahnya konflik horizontal.
Sudah saatnya pemerintah menggunakan otoritasnya untuk menindak segala macam perbuatan yang merongrong konstitusi dan keutuhan bangsa dan Negara.

3. Para Founding Fathers mendirikan bangsa ini tidak atas nama suku, agama, ras, dan golongan. Bahwa bangsa Indonesia didirikan didasari kesadaran dan kesediaan akan adanya multikultur / pluralitas. Bhineka Tunggal Ika tidak hanya sebagai semboyan tapi harus dijadikan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Semua pihak harus saling menghargai dan saling menghormati.

4. Kelompok-kelompok yang tidak bisa hidup berdampingan dengan kelompok lain yang berbeda agama, suku, ras, maupun golongan tidak boleh dibiarkan hidup dan berkembang di Negara Indonesia tercinta, peristiwa 1 Juni 2008 di Monas Jakarta harus merupakan kejadian terakhir.


Yogyakarta, 2 Juni 2008
Hamengku Buwono X

*****************

saya setuju pernyataan kanjeng sultan. sepenuhnya. mereka yang tidak bisa hidup berdampingan dalam perbedaan adalah mereka yang justru tidak boleh dibiarkan berkembang di negara plural ini.

salam, y.
ps. gambar diambil dari sini dan dari sini
pps. foto munarman, koordinator laskar FPI, mencekik seorang anak muda diambil dari detik

Categories: Uncategorized