tragedi minggu kelabu – 1 juni 2008 di monas
ketika pada tahun 2005-2006 saya meriset dinamika kelompok dan organisasi masyarakat sipil di indonesia, saya ditanya satu kawan apakah FPI (front pembela islam) termasuk didalamnya. jawab saya tegas, tidak.
saya jelaskan kepadanya bahwa kata ‘sipil’ dalam ‘masyarakat sipil’ berasal dari bahasa inggris civil (dalam civil society) atau bahasa latin civilis (dalam societas civilis). sipil di sini bukan berarti non-militer,melainkan “beradab, berbudaya” – sebagai lawan dari barbar. saya terus didesak: apa FPI itu tidak memenuhi kriteria tersebut? saya jawab enteng “lihat apa saja apa yang mereka lakukan selama ini, bagaimana cara mereka bersikap terhadap perbedaan, lantas kamu jawab sendiri …“
dan minggu malam waktu inggris kemarin (1 juni) saya mendapat email dari kawan saya itu. singkat saja bunyinya. “kamu benar. kukira FPI memang bukan bagian dari masyarakat sipil“. email itu berisi lampiran cerita tentang “minggu kelabu“, ketika aliansi kebangsaan untuk kebebasan beragama dan berkeyakinan (yang beranggota lebih dari 50 organisasi) diserbu oleh FPI di monas ketika hendak menyiapkan acara peringatan kelahiran pancasila dan menegaskan pentingnya kebebasan beragama di negeri majemuk ini. tak hanya itu, kawan saya yang saya tahu persis dulunya bersimpati pada FPI itu juga mengirimkan link petisi online untuk pembubaran FPI.
well … pertama-tama, saya kira kita harus menerima fakta bahwa bangsa ini majemuk. ini ‘takdir’ kita bahwa negeri kita memang beragam: agama, suku, kepercayaan, keyakinan, cara pikir, cara bersikap, dll. tak boleh dan tak bisa –dan tak akan pernah bisa– dipaksakan satu saja: entah agama atau cara pikir, atau keyakinan. bahkan kebebasan beragama itu implisit juga kebebasan untuk tidak beragama (baca tulisan bp. safii maarif di republika 27 mei 2008, “kaum atheis pun berhak hidup di muka bumi” — bagus sekali ). pilihan atas agama dan keyakinan (atau tidak) itu urusan pribadi yang tidak bisa dipaksakan di tingkat publik. di tingkat publik yang bisa dilakukan adalah agar baik mereka yang beragama ataupun tidak tetap dijamin haknya untuk hidup.
kedua, indonesia ini bukan negara agama. indonesia ini negara hukum. di mata hukum, semua penganut agama (ataupun tidak) sama kedudukannya. dan saya tahu persis, hal mendasar ini belum berubah –dan semoga tidak akan pernah berubah. saya tidak mau indonesia menjadi negara agama (apapun agamanya). kekayaan ke-indonesia-an kita justru adalah keragaman kita. menjadikan indonesia negara agama hanya akan mengkerdilkan indonesia itu sendiri.
ada banyak link yang sudah memuat artikel, foto, video yang meliput kebiadaban FPI minggu kemarin. ada blog khusus untuk itu. beberapa lagi adalah ini, ini dan ini. selain itu ada juga pernyataan pribadi sri sultan hamengku buwono X. sekretaris pribadinya kebetulan kawan saya dan ia mengemailkannya beberapa saat yang lalu. saya kutipkan di bawah ini.
*****************
PERNYATAAN SIKAP
1. Saya, Hamengku Buwono X dengan ini merasa prihatin dan mengecam keras atas penyerangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang memakai atribut Front Pembela Islam (FPI) pada tanggal 1 Juni 2008 terhadap Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKK-BB).
2. Pelanggaran konstitusi akan mengancam kelangsungan dan keutuhan Negara RI, untuk itu Pemerintah dan khususnya Kepolisian untuk menindak dengan tegas dan tidak terkesan melakukan pembiaran supaya tidak menjadi pemicu pecahnya konflik horizontal. Sudah saatnya pemerintah menggunakan otoritasnya untuk menindak segala macam perbuatan yang merongrong konstitusi dan keutuhan bangsa dan Negara.
3. Para Founding Fathers mendirikan bangsa ini tidak atas nama suku, agama, ras, dan golongan. Bahwa bangsa Indonesia didirikan didasari kesadaran dan kesediaan akan adanya multikultur / pluralitas. Bhineka Tunggal Ika tidak hanya sebagai semboyan tapi harus dijadikan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Semua pihak harus saling menghargai dan saling menghormati.
4. Kelompok-kelompok yang tidak bisa hidup berdampingan dengan kelompok lain yang berbeda agama, suku, ras, maupun golongan tidak boleh dibiarkan hidup dan berkembang di Negara Indonesia tercinta, peristiwa 1 Juni 2008 di Monas Jakarta harus merupakan kejadian terakhir.
Yogyakarta, 2 Juni 2008
Hamengku Buwono X“
*****************
saya setuju pernyataan kanjeng sultan. sepenuhnya. mereka yang tidak bisa hidup berdampingan dalam perbedaan adalah mereka yang justru tidak boleh dibiarkan berkembang di negara plural ini.
salam, y.
ps. gambar diambil dari sini dan dari sini
pps. foto munarman, koordinator laskar FPI, mencekik seorang anak muda diambil dari detik
gw pribadi juga krg setuju sama kerasnya fpi yg ngaku2 membela islam…..lah artinya islam sendiri kan peace.bikin malu gw aja tuh fpi…..
Prihatinnnnnn banget :-(Mengutip kata Amien Rais yang diwawancara koran Tempo:”… dimana pun, pemerintah yang sedang anjlok citranya karena tidak bisamengatasi masalah mendasar yang dihadapi rakyatnya biasanya menjadikreatif dan inovatif menciptakan isu yang tahan agak lama….Tujuannyauntuk memalingkan perhatian masyarakat dari pengangguran yangmembengkak, kelaparan, dan kesengsaraan. Dulu Bung Karno mengganyangMalaysia. Padahal Malaysia tidak ada salahnya. Tiap hari pawai, sampailupa inflasi sudah 900 persen. Lupa bahwa di desa atau di kota sudahada orang yang makan tikus bakar. Rakyat jadi asyik masyuk dengankonflik dan melupakan, bukan sejenak-dua jenak, tapi cukup lamakesusahannya.”Jadi, sangat mgkin massa FPI ini memang jadi alat penguasa utk bikin rakyat bertengkar satu sama lain.
sudah jelas fpi yang bertindak, masih aja kompas menulis “kelompok yang mengenakan atribut fpi”.
Prihatin aku setiap kali ada kekerasan……
yang paling bikin heran tuh Munarman. kok bisa lulusan LBH begitu ya? sampe Bang Buyung curiga kalau Munarman sudah dicuci otaknya. hmmm .. memang negara ini begitu diliputi kekerasan dari segala sisi. dari konflik beragama sama ekonomi 😦
Ass.Wr.Wbjgn gitu donk mbak, komentar seperti ini kadang bisa memicu isu2 dan pemikiran konspirasi yang malah bikin keruh keadaan. Amien Rais should know better than that.hanya mengingatkan lho,, bukan menuduh konspirasi apalagi membela fpi ;Dmas Yan,setuju banged bahwa pada dasarnya kita memang berbeda-beda. bagaimanapun juga ga mungkin dibikin satu.salam
itu juga yang saya ketahui dan alami sendiri. islam itu agama cinta damai. di tengah keluarga besar kami yang kebanyakan muslim, ada saudara yang penganut kristen, kejawen, bahkan ada yang mengikuti kepercayaan jawa tradisional yang semi animisme-dinamisme, dan ada juga yang agnostik .. it does not matter. semua ya rukun-rukun saja .. 🙂
memang memprihatinkan, ima. btw, bagaimana kabarmu di yogya kini? semoga yogya tetap “pelangi” seperti yang kukenal dulu — merengkuh semua perbedaan .. 🙂
yup. it is an obvious thing, isn’t it? kadang akal sehat manusia (di)buta(kan) karena (oleh?) keyakinan. itu yang menyedihkan.
hehehe .. kayak mas sul ini tidak tahu kompas seperti apa … 🙂 apa kabar singapura, mas? sudah ketemu Prof. Eddie Kuo? salam saya untuk beliau!
podho, mbak … pancen repot yen urip bebrayan karo wong sing ora mudheng jan-jane sejatine “bebrayan” kuwi apa … yo wis ngene iki dadine … 🙂
ka, kenal surya tjandra? anak LBH juga yang sekarang di TURC (trade union rights centre) — dia punya cerita menarik soal munarman. kalau kamu tertarik, off-line aku ya ..
podho mas… keluarga kita sama… berbeda2 tapi tetap guyon… even ngenyek’e sampe entek… tapi ra ono sing mutung…. tetep saling sayang dan rukun…
iyo mbak. itu yang kuimpikan tentang negeri kita. beda-beda tetapi toleran satu sama lain. rukun dan bersatu. dan menjadi dewasa. baru kita bisa kuat dan besar sebagai bangsa.
hukum semua para anggota FPI klo bisa di ekskusi segera karena pemecah negeri ini
mas/mbak tuzty, saya terpaksa mendelete satu komentar anda karena bahasa yang anda gunakan terlalu kasar untuk audiens di blog saya. saya tahu banyak orang emosional terhadap FPI. kita semua tahu bahwa kekerasan –apapun itu dan oleh siapapun itu– tak bisa dibiarkan karena akan melahirkan kekerasan baru. mohon lain kali berkomentar dengan bahasa yang lebih santun. salam saya, y.
uasuki, saya terpaksa mendelete komentar anda karena hanya berisi blok hitam.